Insiden kerusuhan itu terjadi ketika peluit terakhir dibunyikan oleh wasit saat pertandingan BRI Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya.
Kerusuhan itu terjadi karena para suporter Arema FC yaitu Aremania tidak terima kalau Arema FC kalah atas Persebaya dengan skor 2-3.
Diketahui dalam sejarah persepakbolaan Indonesia selama 23 tahun terakhir, Arema FC tidak pernah kalah atas Persebaya di kandang Arema FC.
Alhasil, suporter Arema FC itu terjun ke lapangan sebagai bentuk protes kekalahan Arema FC atas Persebaya.
Pada akhirnya, Polisi mengeluarkan gas air mata untuk memukul mundur suporter Arema FC.
Akibat insiden kerusuhan itu, saat ini telah 129 orang yang telah meninggal dalam insiden kerusuhan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Beberapa jam kemudian, PT LIB menyampaikan tanggapannya selaku operator dari BRI Liga 1 kompetisi yang diikuti oleh Arema FC dan Persebaya.
Melalui Direktur Utama PT LIB yaitu Akhmad Hadian Lukita mengatakan prihatin dan sangat menyesalkan peristiwa tersebut.