Jenis Penyakit Laura Anna Usai Kecelakaan, Namanya Dekubitus Kenali Gejalanya

- 15 Desember 2021, 13:16 WIB
Jenis Penyakit Laura Anna Usai Kecelakaan, Namanya Dekubitus Kenali Gejalanya
Jenis Penyakit Laura Anna Usai Kecelakaan, Namanya Dekubitus Kenali Gejalanya /Instagram.com/@raffinagita1717
 
PORTAL JEPARA - Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna dikabarkan meninggal dunia, Rabu 15 Desember 2021, ia diketahui lumpuh usai kecelakaan, lantas apa penyakit yang dideritanya? Ya.. Namanya dekubitus. 
 
Jenis penyakit yang di derita Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna adalah dekubitus, kenali ciri-ciri dan gejalanya dalam artikel dibawah ini. 
 
Penasaran dengan penyakit dekubitus yang diderita Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna usai tragedi kecelakaan yang menimpanya? Simak ciri dan gejalanya disini. 
 
Ini dia jenis penyakit dan ciri serta gejala penyakit dekubitus yang diderita Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna usai kecelakaan yang menimpanya bersama sang mantan pacar Gaga. 
 
Tragedi kecelakaan yang menimpa influencer dan selebgram cantik Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna dua tahun lalu rupanya berbuntut panjang. 
 
Mobil yang ditumpangi Laura Anna mengalami kecelakaan saat dikemudikan mantan kekasihnya, Gaga Muhammad atau Gaung Sabda Alam.
 
Namun nahas, kecelakaan mobil yang menimpanya pada 8 Desember 2019 itu, menyebabkan Laura mengalami dislokasi tulang leher, yang menyebabkan setengah tubuhnya lumpuh hingga saat ini.
 
Bukan hanya itu,Laura juga mengalami ulkus dekubitus, akibat terlalu lama berbaring dan duduk di kursi roda.
 
Lantas apa itu dekubitus? 
 
Luka baring atau ulkus dekubitus adalah cedera pada kulit dan jaringan di bawahnya akibat tekanan yang berkepanjangan pada kulit.
 
Luka baring ini, paling sering berkembang pada kulit yang menutupi area tulang tubuh, seperti tumit, pergelangan kaki, pinggul, pantat, dan tulang ekor.
 
Orang yang paling berisiko mengalami luka baring umumnya memiliki kondisi medis yang membatasi kemampuan mereka untuk mengubah posisi atau menyebabkan mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat tidur atau kursi roda.
 
Luka baring dapat berkembang selama berjam-jam atau berhari-hari. Kebanyakan luka baring sembuh dengan pengobatan, tetapi beberapa tidak pernah sembuh sepenuhnya.
 
Apabila terdapat tanda-tanda awal dekubitus atau luka berbaring, segera ubah posisi untuk mengurangi tekanan pada area tersebut. 
 
Jika tidak membaik dalam 24 hingga 48 jam, terutama dengan tanda-tanda infeksi, seperti demam, keluarnya cairan dari luka, bengkak di sekitar luka, hingga muncul bau tak sedap, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis.
 
Jika dekubitus tidak diobati, infeksi dapat menyebar ke darah, jantung, dan tulang dan mengancam jiwa.
 
Beberapa gejala dekubitus atau luka baring adalah sebagai berikut:
 
1. Perubahan warna atau tekstur kulit yang tidak biasa
 
2. Pembengkakan
 
3. Muncul cairan seperti nanah
 
4. Area kulit yang terasa lebih dingin atau lebih hangat saat disentuh daripada area lain
 
 
5. Terasa nyeri saat disentuh
 
Pada dekubitus atau luka baring, tingkat kerusakan kulit dan jaringan dikategorikan dalam kulit merah, kulit yang tidak rusak hingga cedera dalam yang melibatkan otot dan tulang.
 
6. Muncul cairan seperti nanah
 
7. Area kulit yang terasa lebih dingin atau lebih hangat saat disentuh daripada area lain
 
8. Sakit untuk disentuh
 
Pada luka dekubitus atau berbaring, derajat kerusakan kulit dan jaringan dikategorikan kulit merah, kulit yang tidak rusak sampai pada luka dalam yang melibatkan otot dan tulang.
 
dapat dicegah dengan sering mengubah posisi untuk menghindari stres pada kulit. Pasien dapat meminta bantuan orang yang merawatnya untuk mengubah posisi.
 
 
Berikut ini faktor utama penyebab luka baring atau dekubitus :
 
1. Tekanan
 
Tekanan konstan pada bagian tubuh dapat mengurangi aliran darah ke jaringan.
Padahal, aliran darah sangat penting untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi lain ke jaringan. Tanpa nutrisi penting ini, kulit dan jaringan di sekitarnya akan rusak dan akhirnya bisa mati.
 
2. Gesekan
 
Gesekan terjadi ketika kulit terus-menerus bergesekan dengan pakaian atau tempat tidur. Itu bisa membuat kulit yang rapuh lebih rentan cedera, apalagi jika kulitnya lembap.
 
3. Pengelupasan kulit
 
Hal ini terjadi ketika kulit dan permukaan tempat tidur bergeser ke arah berlawanan. Misalnya saat tempat tidur di bagian kepala ditinggikan, tapi tubuh tiba-tiba merosot ke bawah, maka bisa terjadi pengelupasan kulit.
 
 
Agar kita tidak mengalami dekubitus usai kecelakaan, berikut ini rekomendasi reposisi di tempat tidur atau kursi:
 
- Sering mengubah posisi tubuh. Minta bantuan untuk mengubah posisi sekitar satu jam sekali.
 
- Jika Anda memiliki kekuatan tubuh bagian atas yang cukup, lakukan push-up kursi roda - angkat tubuh Anda dari kursi dengan mendorong lengan kursi.
 
- Pertimbangkan kursi roda khusus. Beberapa kursi roda memungkinkan Anda untuk memiringkannya, yang dapat mengurangi tekanan pada posisi yang sama.
 
- Pilih bantal atau kasur yang mengurangi stres. Gunakan bantal atau kasur khusus untuk menghilangkan stres dan membantu menjaga tubuh Anda dalam posisi yang baik. Jangan gunakan bantalan donat, karena dapat memfokuskan tekanan pada jaringan di sekitarnya.
 
- Sesuaikan ketinggian tempat tidur. Jika tempat tidur dapat dinaikkan di atas kepala, angkat tidak lebih dari 30 derajat
 
- Selain itu penting untuk merawat kulit dengan baik. Mulai dari menjaga kulit tetap bersih dan kering, melindungi kulit dengan krim sebagai pelindung dari urin dan feses, mengganti seprai dan pakaian sesering mungkin, dan memeriksa kondisi kulit setiap hari untuk melihat apakah ada gejala dekubitus.
 
Itu dia ulasan penyakit dekubitus yang di derita Edelenyei Laura atau yang biasa disapa Laura Anna. ***

Editor: Muhammad Nurrozikan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah