Maestro Chef Lumpia Semarang Meninggal Dunia, Ini Sejarah Lumpia Asli Semarang Eksis Sejak Tahun 1800

23 Juli 2021, 14:58 WIB
Maestro Chef Lumpia Semarang Meninggal Dunia, Ini Sejarah Lumpia Asli Semarang Eksis dari Tahun 1800 /Portal Jepara/Ambar Adi Winarso

PORTAL JEPARA - Maestro Chef Lunpia atau Lumpia asli Semarang Tan Yok Tjay telah berpulang atau meninggal dunia pada Kamis 22 Juli 2021. 

Maestro Chef Tan Yok Tjay merupakan generasi ke empat penemu lumpia asli Semarang dari pasangan keturunan asli China Tjoa Thay Yoe yang menikah dengan Mbok Wasi wanita pribumi asli Semarang.

Tan Yok Tjay dikenal julukan sebagai maestro chef lumpia Mataram Semarang yang legendaris, dikarenakan dedikasinya melanjutkan perjuangan keluarganya untuk melestarikan lumpia dari jaman ke jaman yang mendunia.

Baca Juga: Karimunjawa Jepara, Hanya Ditemukan 6 Kasus Covid-19 di Hampir 1,5 tahun Pandemi di Indonesia

Kabar berpulang atau meninggal dunia maestro chef Lunpia atau Lumpia asli Semarang Tan Yok Tjay diinformasikan melalui akun resmi Instagram Lumpia Cik Meme, atau anak dari Tan Yok Tjay sebagai generasi kelima.

“Inalillahi Wainalillahi Rojiun” TELAH BERPULANG DENGAN TENANG KE KEHADLIRAD ILLAHI Ayah saya tercinta Bapak Tan Yok Tjay, Maestro Chef Lunpia Semarang pada hari Kamis, 22 Juli 2021

Atas segala kekurangan, kekhilafan dan kesalahan beliau selama mengaringi kehidupan mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar besar.

Kami Yang Sedang Berduka,

Keluarga Besar Lunpia Cik Me Me, Tulis akun Instagram @lunpiacikmeme, Kamis 22 Juli 2021.

Maestro Chef Lumpia Semarang Meninggal Dunia, Ini Sejarah Lumpia Asli Semarang Eksis dari Tahun 1800 tangkap layar Insragram @lunpiacikmeme

Baca Juga: Keluarga Besar PKB Ayo Pasang Twibbon Gus Muhaimin di Harlah PKB ke-23 Hari Ini 

Lalu seperti apa sejarah lumpia asli Semarang yang eksis dari jaman ke jaman sampai terkenal di dunia ini.

Berikut sejarah perjalanan lumpia asli Semarang, dikisahkan oleh Cik Meme atau Meilani Sugiarto sebagai generasi kelima.

Lezatnya lumpia ini terbuat dari bahan dasar campuran rebung, telur, sayuran segar, daging, dan makanan laut yang digulung adonan tepung gandum sebagai kulit pembungkusnya.

Sejarah lumpia di Semarang berawal dari pasangan suami istri Tionghoa-Jawa, Tjoa Thay Yoe dan Mbok Wasi, awalnya sebagai penjual lumpia keliling di pelosok gang-gang Kota Semarang.

Baca Juga: Resep Rendang Sapi Empuk, Yuk Dicoba Mumpung Punya Daging Kurban Idul Adha 

Mereka berdua merupakan penjual lumpia dengan ciri khasnya masing-masing. Tjoa Thay Yoe dengan gulungan berisi daging babi dan daging lainnya, Mbok Wasi dengan daging yang lebih halal.

Sang moyang Tjoa Thay Yoe yang asli Cina dari Provinsi Fu Kien datang ke Semarang sekitar tahun 1800.

Tjoa Thay Yoe sebagai pendatang membuka usaha dagang makanan khas China, sejenis martabak berisi rebung dan dicampur daging babi yang digulung dengan rasa asin.

Saat itu jualannya laris manis digemari masyrakat keturunan Tionghoa yang memang menjadi salah satu basis di Kota Semarang.

Baca Juga: Pemain PSIS Semarang Ramai Bicara Sego Ruwet, Ini Resep Enak Sego Ruwet Semarangan 

Di sisi lain, bersamaan saat itu ada dengan pedagang lokal ada Mbok Wasi, menjual mirip martabak milik Tjoa Thay Yoe, bedanya martabak Mbok Wasih diisi dengan campuran daging ayam cincang, udang dan telur dengan rasa manis.

Keduanya menjajakan dengan keliling dari gang ke gang di Kota Semarang tahun 1850 an. Persaingan keduanya dalam menggaet konsumen dilakukan secara sehat.

Saling kenal, keduanya akhirnya menikah pada tahun 1870, mereka lalu berkolaborasi menciptakan jajanan khas Semarang.

Menggabungkan kuliner fusion akulturasi budaya antara Tionghoa dan Jawa pada racikan lumpia. Melahirkan tren baru dengan menghilangkan isian daging babi dengan daging ayam dan telur.

Baca Juga: Pinocchio Tayang di NET TV Hari Ini Jumat 23 Juli 2021, Konflik Lee Jong Suk dan Park Shin Hye Jadi Reporter 

Lebih berbeda lagi, isian daging itu lalu dipadankan dengan olahan rebung serta bumbu rempah yang menjadikan khas asli cita rasa lidah Semarangan. Sehingga tercipta rasa gurih, asin dan manis.

Berjalannnya wsaktu, sepeninggal Tjoa Thay Joe, resep lumpia asli Semarang diwariskan kepada putranya yaitu Siem Gwan Sing sebagai generasi kedua yang menikah dengan Tjoa Po Nio pada tahun 1930.

Di tangan genearsi kedua, lumpia menjadi primadona pada saat itu, baik oleh para warga Tionghoa, tenatar dan kolonial Belanda maupun penduduk pribumi.

Memasuki era 70-80 an, lunpia kembali diturunkan ke generasi ketiga, yakni tiga anak dari generasi kedua (Siem Gwan Sing & Tjoa Po Nio).

Ketiganya juga masih eksis hingga saat ini, seperti Siem Swie Nie, yang lebih dikenal dengan nama Lumpia Mbak Lien, menempati lokasi di Jalan Pemuda Semarang.

Lalu ada anak kedua Siem Swie Kiem, dengan lumpia yang dijualnya di Gang Lombok (Pecinan) atau Lunpia gang Lombok.

Lalu ada anak ketiga yakni Siem Hwa Nio dikenal melahirkan brand Lumpia Mataram. Ketiganya masih eksis hingga sekarang di lokasi masing-masing jualan.

Meilani Sugiarto atau Cik Meme sendiri adalah generasi kelima dari ayahnya, Tan Yok Tjay, dari generasi keempat.

Tan Yok Tjay dikenal julukan sebagai master chef atau maestro lumpia Mataram karena dedikasinya melanjutkan perjuangan keluarganya untuk melestarikan lumpia.

Resep lumpia Mataram diturunkan ke Cik Meme yang mendirikan gerai bernaam Lunpia Cik Memem di Jalan Gajahmada Nomor 107 Semarang.

Melalui Cik Meme, lumpia asli Semarang dimodifikasi lebih moderen dengan memberikan varian enam rasa dari lumpia original. Agar bisa dinikmati semua jenis kalangan dan usia.

Kreasi enam varian rasa itu diantaranya Lumpia Raja Nusantara dengan rasa jamur dan kacang mete, Lumpia Kajamu berisi daging kambing jantan muda, Lumpia Fish Kakap dengan campuran daging ikan kakap. Lumpia Crab isian daging kepiting.

Ada juga Lumpia Original dengan campuran rebung, udang, ayam, serta lumpia khusus bagi vegetarian disebut Lunpia Plain. Semuanya tersedia baik basah maupun goreng. ***

Editor: Ambar Adi Winarso

Tags

Terkini

Terpopuler