Dengarkan! MUI dan PWI Jateng Sampai Bilang Ini Soal Pemberitaan Seputar Covid-19

- 12 Juli 2021, 19:55 WIB
Dengarkan! MUI dan PWI Sampai Bilang Ini Soal Pemberitaan Covid-19
Dengarkan! MUI dan PWI Sampai Bilang Ini Soal Pemberitaan Covid-19 /Dok. MUI dan PWI Jateng/
 
PORTAL JEPARA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng sampai bilang ini soal pemberitaan seputar Covid-19 saat menggelar Webinar.
 
Webinar yang diadakan MUI dan PWI Jateng menitikberatkan soal pemberitaan Covid-19, seperti konten dan narasi pemberitaan Covid-19 yang dapat membawa kemaslahatan bagi umat. 
 
Konten pemberitaan soal Covid-19 maupun narasi yang dibangun idealnya bernilai positif, membawa kemaslahatan umat.
 
 
Diharapkan konten dan narasi seputar pemberitaan Covid-19 dari Webinar MUI dan PWI Jateng membawa kemaslahatan bagi umat.
 
Webinar bertajuk 'Urgensi Bernarasi Positif dalam Pemberitaan di Tengah Kondisi Covid-19' yang diadakan MUI dan PWI Jateng menghadirkan sejumlah narasumber seperti, Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Darodji, Wakil Ketua MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq MA. 
 
Kemudian, Ketua Bidang Organisasi Hukum dan HAM MUI Jateng Prof Abu Rokhmad Musaki, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS dan Rektor Udinus Semarang Prof Dr Ir Edi Noersasongko MKom.
 
Ketua MUI Jateng, KH Ahmad Darodji, menyampaikan trending topik saat ini masih seputar perkembangan Covid-19.
 
Untuk itu sehat sangatlah berarti dan mahal harganya. Selain itu, orang pasti akan berhati-hati untuk menjaga kesehatannya.
 
"Konten dan narasi dalam penulisan berita dan informasi diharapkan membawa kemaslahatan," tutur Kiai Darodji.
 
Kiai Darodji menjelaskan, informasi dan berita seputar perkembangan kondisi Covid-19 dengan narasi-narasi yang tidak berpotensi memunculkan trauma di kalangan masyarakat sangat diperlukan.
 
Kiai Daroji mencontohkan kata 'terkena', kalau bisa diperkenankan untuk digunakan. Namun kata yang digunakan baiknya kata 'terpapar'.
 
 
Selian itu, pemberitaan soal perkembangan seputar Covid-19 di media massa diharapkan agar menggunakan nurani tertingginya, sehingga berita yang tersaji tidak menimbulkan rasa trauma di masyarakat.
 
Sementara itu, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS menyebutkan pemberitaan soal Covid-19 yang berlangsung saat ini tidak bisa dihindari.
 
Karena memang pemberitaan apapun itu narasinya adalah refleksi yang ada di masyarakat dan menjadi pantulan keseharian yang dialami masyarakat di masa pandemi ini.
 
Untuk itu, mau tidak mau realitas -realitas itu harus dibaca dan diserap. Otomatis hal ini akan memengaruhi perilaku dan sikap di masyarakat.
 
Ini sangat memprihatinkan. Amir menyebutkan, ada proses model-model pemberitaan yang harus sampai di masyarakat.
 
Hal ini yang dinamakan dengan pemberitaan yang menginspirasi masyarakat.
 
Ketua Bidang Organisasi Hukum dan HAM MUI Jateng Prof Abu Rokhmad Musaki menyampaikan, masyarakat harus lebih banyak bertanya kepada hati nurani dan akal pikirannya masing - masing dengan menggunakan nalar serta memanfaatkan kewarasannya.
 
Jangan sampai menuruti kebodohan-kebodohan yang semakin membawa pada kebingungan.
 
"Masyarakat biasa dalam hal ini umat Islam punya peluang untuk memilih berita dan mengajak masyarakat untuk cerdas menggunakan akal pikiran, menggunakan kewarasannya," katanya.
 
Masyarakat bisa memilih berita yang mencerahkan, berita yang menggembirakan, berita yang bisa menumbuhkan imunitas bukan berita yang justru membuat drop psikologis.
 
Wakil Ketum MUI Jateng Prof Dr Ahmad Rofiq mengatakan, secara prinsip pihaknya setuju narasi postif untuk masyarakat dan harus  secara simultan dilakukan.
 
Bagi Prof Rofiq, pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu mengedepankan lokal wisdom ketika menyikapi persoalan-persoalan seperti saat ini.
 
Dikatakan Prof Rofiq, misalnya dalam kata PPKM Darurat, kenapa harus ada darurat, sehingga ini tidak menambah optimisme tetapi mencekam dan seolah-olah menakut-nakuti.
 
"Optimisme harus dibangun setiap hari. Hidup ini jangan diwarnai dengan keluh kesah karena keluh kesah menurunkan imunitas," katanya.
 
Rektor Udinus Semarang Prof Dr Ir Edi Noersasongko menyampaikan pemberitaan negatif ada dua jenis.
 
Pertama, pemberitaan yang bisa menurunkan imunitas dan yang kedua soal berita hoaks.
 
Masyarakat ketika mendapatkan berita yang diragukan bisa bertanya ke ahalinya baik dengan PWI maupun ke MUI jika pemberitaan menyangkut agama.
 
Media massa dan media sosial diharapkan benar-benar menghindari hoaks terkait perkembangan pandemi agar tidak menimbulkan keguncangan dan kegaduhan di tengah masyarakat.
 
Selain itu dalam kegiatan tersebut, PWI Jateng dan MUI Jateng berharap saatnya dibangun rasa optimisme masyarakat untuk melawan Covid-19.
 
Salah satu salurannya lewat informasi dan pemberitaan yang bernarasi positif, baik di ranah media massa, media sosial, maupun saluran komunikasi yang lain.
 
Hal itu dilakukan agar masyarakat tidak merasa terus menerus terteror oleh situasi dan keadaan maupun oleh informasi di media massa dan media sosial.***

Editor: Eby Ziyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah