Film Hati Suhita Tayang 25 Mei 2023, Kisah Wanita-wanita Kuat Diantara Cinta, Ego dan Ikhlas

23 Mei 2023, 16:27 WIB
Film Hati Suhita Tayang 25 Mei 2023, Kisah Wanita-wanita Kuat Diantara Cinta, Ego dan Ikhlas /Ambar Adi Winarso/

PORTAL JEPARA - Sebuah tradisi kehidupan pondok pesantren diangkat dalam film Hati Suhita. Bergenre romansa mengangkat pergulatan antara cinta, ego dan ikhlas.

Sebuah film Tanah Air yang layak untuk dinikmati, bagaimana Hati Suhita mampu mengeliminir bumbu konflik batin perjodohan cinta dalam pesantren.

Antara sang suami yang diperankan Gur Birru (Omar Daniel), sang istri Alina Suhita (Nadya Arina) dan sosok cinta pertama Gus Birru dalam diri Ratna Rengganis (Anggika Bolsterli).

Rencananya, jika sesuai jadwal maka film Hati Suhita tayang serentak di bioskop Indonesia pada 25 Mei 2023.

Baca Juga: Ditarget 7 Kursi, PPP Jateng Siap Antarkan 8 Wakil di DPR RI

Sentral jalan cerita film Hati Suhita, menghadirkan konflik batin antara Gur Birru, anak pemilik pesantren terkenal di Kediri Jawa Timur, yang dijodohkan dengan Alina Suhita diantara sang kekasih Ratna Rengganis.

Gus Birru memiliki karakter seorang anak Kyai yang punya pendidikan tinggi di kampus, ia adalah seorang aktivis pergerakan mahasiswa.

Tak seperti anak Kyai pada umumnya yang menjadi suksesor kepemimpinan pesantren, Gus Birru lebih konsen mengembangkan minatnya pada dunia tulis menulis dan bisnis kafe.

Alina Suhita, santriwati yang mondok di pesantren Abah, ayah Gus Birru, selain cantik juga punya kecerdasan dan keteguhan yang kuat.

Baca Juga: Funworld Bowling Hadir di Uptown Mall Semarang, Ini Harga Tiket Permainannya

Ia dinilai oleh Kyai dan Ummik cocok untuk mendampingi Gus Birru sebagai penerus dalam kepemimpinan pondok pesantren. Namun, harus menerima jalan berliku pernikahannya untuk mendapatkan cinta suaminya.

Kehadiran sosok Ratna Rengganis, cinta pertama suaminya menjadi jalan 'medan pertempuran' dalam mempertahankan cinta dan rumah tangganya.

Ratna Rengganis, perempuan cantik dan tegas, rekan Gur Birru dalam pergerakan mahasiwa di kampus. Mereka menjalin asmara sebagai sepasang kekasih.

Ego Gus Birru masih mengharapkan cinta dengan Rengganis bersatu meski terikat pernikahan dengan Alina Suhita.

Baca Juga: PSIS Semarang Kontrak Bek Sayap Giovani Numberi dari Perispura Jayapura

Film Hati Suhita mengadopsi novel best seller karya Khilma Anis dengan judul yang sama.

Dalam cerita novel Hati Suhita, menarasikan perempuan, dan
menggiring pembaca kepada kemegahan pesantren dengan hiruk-pikuk domestifikasi rumah tangga.

Ia juga berkisah tentang bagaimana relasi pesantren dengan dunia luar yang dipotret secara apik melalui hadirnya aktivis perempuan, Ratna Rengganis.

Novel ini membicarakan kekuatan cinta, relasi laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan pesantren modern, juga pesantren dengan transformasi pengembangannya.

Baca Juga: Aktivis 98 dan Mahasiswa 50 Perguruan Tinggi Dukung Ganjar Pranowo Jadi Presiden

Pesan tersirat yang disampaikan Khilma Anis di novel Hati Suhita adalah bagaimana seharusnya konsep cinta yang dihadirkan oleh Alina Suhita yang tidak begitu saja mudah menyerah dengan keadaan.

Khilma Anis berusaha memberikan fakta sekaligus jalan keluar permasalahan yang apik dalam film Hati Suhita.

Dikisahkan, pernikahan Gus Birru dan Alina Suhita, semata menghormati perjodohan orang tua mereka. Meski dalam perjalannya, Alina Suhita mempercayai falsafah Jawa Witing Tresno Jalaran Saka Kulina.

Ia juga patuh untuk mempercayai pepatah Mikul dhuwur, mendhem jero mutlak diterima Alina Suhita tanpa penolakan. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini bisa diartikan, mengangkat tinggi dan mengubur dalam.

Baca Juga: Kapan Waktu yang Tepat Bayi Beralih ke Popok Celana?

Alina Suhita yang diperlakukan buruk oleh Gus Birru, suaminya. Mampu bertahan dan membalikkan keadaan dengan cara yang bijak.

Sebab baginya, menjadi wanita juga harus berani bertapa.
Sebagaimana dalam bahasa Jawa, wani-ta, memiliki arti wani tapa atau berani bertapa.

"Memiliki makna bahwa sebagai anak, kita diwajibkan mengangkat tinggi derajat orangtua, serta menutup rapat-rapat aib keluarga,
dalam hal ini termasuk menutup aib suami," kata Khilma Anis, disela premiere film Hati Suhita di Cinema XXI DP Mall Semarang, Selasa 22 Mei 2023 malam.

Khilma Anis, menyampaikan, novel karyanya tersebut menggambarkan budaya pesantren yang masih banyak melakukan perjodohan. Namun menurut Khilma, tak selamanya perjodohan berlaku negatif.

Khilma juga menyampaikan bahwa banyak sekali aktifis pergerakan yang menjadi inspirasi kisah dalam novelnya tersebut.

Ia mengaku, interaksinya dengan teman-teman para putra dan putri Kyai, adanya fakta tradisi perjodohan yang abadi di lingkungan pesantren.

"Tradisi perjodohan itu akan ada dan abadi, jadi saya membawa cerita perjodohan ini dengan nada positif, karena selama perjodohan di Indonesia nadanya selalu negatif," katanya.

Menurutnya, cerita ini dibuat, bahwa pesantren itu berhak mempertahankan dinasti, cerita ini diambil dari pengalaman banyak orang yang dirangkum menjadi karya Hati Suhita.

"Sudah saya filter, yang saya tampilkan yang baik baik, saya bukan sedang mengkritik tradisi itu, tapi saya kasih solusinya," ujarnya.

Omar Daniel yang berperan sebagai Gus Birru mengatakan, dari film tersebut dirinya belajar bagaimana menerima takdir, dalam hal ini perjodohan dan cinta.

"Belajar untuk menerima sesuatu, menerima takdir melepaskan sesuatu yang kita pikir untuk kita ternyata bukan, dalam hal ini perjodohan dan cinta kasihnya gus birru, yang dia di jodohkan dengan wanita yang tidak dia cintai, menujukkan baktinya ke ibunya," katanya.

Menurutnya, kesulitan dalam berperan sebagai Gus Birru, tentang bahasa dan tidak adanya latar belakang bukan dari pesantren.

"Saya dari Jawa Tengah, dalam film ini saya harus belajar bahasa Jawa Timur, itu kesulitan tersendiri, saya bukan berlatar belakang dari podok pesantren, tapi harus mengerti betul bagaimna menjadi seorang Gus," katanya.

Pemain lainnya, Anggika Bolsterli merasa beruntung dan terhormat diberikan peran sebagai Ratna Rengganis.

Sosok Ratna Rengganis meski banyak dinilai sebagai wanita ketiga, namun mampu dihadirkan sebagi perempuan yang kuat.

"Bukan antagonis apalagi pelakor maupun orang ketiga, cuman wanita-wanita yang kuat dan hebat. Bahwa keikhlasan adalah kemenangan yang tertinggi," katanya.

Ia juga menilai, jalan cerita Hati Suhita telah memberi ruang tetang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.

"Yang saya suka tentang film ini, tentang kesetaraan, tentang kekuatan perempuan, perempuan bisa kok menjadi wanita yang hebat asal disuport sama lelaki yang hebat," katanya.***

Editor: Ambar Adi Winarso

Tags

Terkini

Terpopuler