Sejarah Bankom Majlis Tafsir Al Quran, Teman Ngebrik dan Embrio Radio-TV MTA

- 24 Juni 2021, 18:34 WIB
Sejarah Bankom MTA, teman ngebrik dan embrio radio-TV.
Sejarah Bankom MTA, teman ngebrik dan embrio radio-TV. /Tangkapan layar @MTATV



PORTAL JEPARA - Bantuan Komunikasi Yayasan Majlis Tafsir Al Quran atau yang familiar disebut Bankom MTA memiliki sejarah panjang. Dari sinilah rupanya muncul ide pendirian radio dan TV MTA.

Bankom MTA semula berdiri dengan tujuan mengkomunikasikan setiap instruksi MTA maupun dakwah MTA pusat ke semua cabang di daerah. Lantaran pada waktu itu, sekitar tahun 1990-an belum ada alat komunikasi seperti saat ini, baik medsos maupun HP android.

Bermula dari orang-orang yang hobi ngebrik lah, Bankom Majlis Tafsir Al Quran ini muncul hingga menjadi embrio dari radio dan TV MTA.

Baca Juga: Ini Tim Sembilan, Perintis Bankom MTA Majlis Tafsir Al Quran

Pada tahun itu, seiring dengan kepemimpinan Al Ustadz Drs Ahmad Sukina di MTA, banyak kegiatan yang dilaksanakan. Namun, minimnya media komunikasi antara MTA pusat dan daerah membuat komunikasi dan informasi kurang berjalan lancar.

Saat itulah beberapa warga MTA yang juga memiliki hobi ngebrik, memiliki ide untuk membantu memperlancar komunikasi pusat dengan daerah. Harapannya, setiap kebijakan pusat bisa diterima dengan baik oleh setiap pengurus maupun warga Cabang MTA.

Salah satu Perintis Bankom MTA, Ustadz Ihsan Suwandi menyampaikan ada beberapa orang yang hobi dan memiliki kemampuan melalui handy talky (HT) waktu itu.

Baca Juga: Radio MTA, Dulu Pro Kontra Kini Sarana Dakwah Efektif

Lalu dikumpulkanlah dan terdapat 9 orang. Orang-orang ini kemudian dikenal sebagai Tim 9. Tim ini memiliki keahlian masing-masing termasuk dalam merakit pemancar.

"Setiap Al Ustadz ke mana-mana, kegiatan di daerah, kami mengikuti. Ya sembilan orang itu," kata Ihsan Suwandi yang memiliki nama udara Yoko pada saat siaran MTA TV yang disiarkan langsung melalui akun youtube resmi MTA, Kamis 24 Juni 2021.

Suwandi menyampaikan, saat itu MTA masih memiliki sekitar 70 cabang dan tersebar di sejumlah daerah. Setiap ada informasi atau kebijakan yang akan disampaikan oleh pusat maka mesti ada kurir yang diutus ke cabang MTA. Hal itu dinilai merepotkan dan menghabiskan banyak waktu.

Baca Juga: Pemain Palestina Merapat ke PSIS Semarang

Selain komunikasi yang lancar, mereka juga menangkap keinginan MTA pusat agar semua kejadian di daerah harus diketahui. Ibarat ada jarum jatuh di Cabang MTA maka pusat harus tahu.

"Saya hubungi lah mereka-mereka yang punya keahlian, dan terkumpul lah 9 orang tadi. Kami berpikir, bahwa komunikasi harus berkembang. Tidak bisa seperti ini terus," katanya.

Menurutnya, saat itu semua operasional kegiatan dilakukan secara mandiri Termasuk saat pasang-pasang antena dan pemancar. Semuanya dikerjakan secara fii sabilillah.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Aktif di Jepara, Kudus dan Pati Pada Kamis 24 Juni 2021

Pendiri Bankom dan sekaligus Ketua Bankom MTA saat ini, Bambang Kiswanto menjelaskan Tim 9 itu terdiri dari Ust Habiburrahman, Ust Ihwan Suwandi, Ust Naryanto, Ust Sutomo, Jumadi, Suparjanto, Dwi Partono, Gunarso dan dirinya sendiri. Kini sebagian diantaranya sudah meninggal.

Bankom ini memiliki gelar 'Hangabehi' karena tugasnya hampir di semua lini. "Jika Al Ustadz kegiatan anjangsana di satu daerah, Bankom harus datang duluan. Menyiapkan dan mengecek kondisi. Bahkan harus tahu kondisi keamanan hingga urusan toilet ada di mana," ujar Bambang yang memiliki nama udara Usman dan kemudian ganti Abdullah ini.

Baik Bambang dan Suwandi sama-sama memuji satu personel lain yang hadir di lokasi, Suparjanto. Suparjanto dinilai sebagai teknisi handal, termasuk saat memasang sejumlah pemancar di berbagai daerah. Bahkan saat ditanya soal pengaman, Suparjanto muda memasang di ketinggian tanpa pengaman.

Baca Juga: Hasil Brasil vs Kolombia Copa America 2021, Gol Cepat Luis Diaz Menangkan Los Cafeteros di Babak Pertama

Pernah jatuh tanya si penyiar. "Tidak, belum. Jangan....," jawabnya.

Singkatnya, Bankom MTA terbentuk. Selang beberapa tahun, mereka juga mengupayakan kajian MTA yang digelar setiap Minggu Pagi bisa disimak secara luas. Saat itulah, dibangun pemancar HT yang menyiarkan kajian ke beberapa daerah. Untuk membangun pemancar itu, tim ini pun bahkan mesti mencari hutangan dana Rp 50 juta.

"Kalau untuk ide radio MTA itu sebenarnya dari tim parkir saat kajian Ahad Pagi. Mereka itu mengeluh bagaimana bisa menyimak kajian Al Ustadz meski mereka bertugas mengatur parkir," katanya.

Saat itulah dibuat radio mini dengan kekuatan 100 watt. Kemudian berkembang, agar orang yang mendengarkan radio via pemancar HT bisa ikut bertanya di kajian Minggu Pagi secara langsung.

Baca Juga: Hasil Spanyol VS Slovakia Euro 2020, Ini Video Gol Bunuh Diri yang Menangkan Spanyol di Babak Pertama

"Nah, saat itu saya diminta membuat proposal untuk mendirikan radio yang sesungguhnya. Proposalnya sangat murah, saat itu Rp 129 juta," katanya.

Bambang mengatakan penguatan dakwah melalui radio dan TV itu merupakan kemauan kuat dari Al Ustadz Ahmad Sukina. Dan kenyataanya, dakwah semakin berkembang serta menguatkan iman dan akidah masyarakat yang mendengarkannya.

Hingga akhirnya radio yang sesungguhnya berhasil didirikan serta berkembang menjadi TV MTA seperti saat ini yang  terlahir dari embrio Bankom Majlis Tafsir Al Quran. ***

Editor: Endro Anung S


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x